Kulkas Kok Halal? Emangnya Dimakan? Ini Penjelasan Ilmiah & Syar'i Mengapa Elektronik Butuh Sertifikasi

Table of Contents

Beberapa waktu lalu, jagat media sosial sempat heboh dengan munculnya produk "Kulkas Bersertifikat Halal".

Reaksi netizen pun beragam, mayoritas menjadikannya bahan candaan: "Emangnya kulkas mau digoreng?" atau "Apa besok-besok kipas angin juga harus halal?"

Sebagai praktisi industri halal, saya tersenyum melihat respons tersebut. Wajar, karena masyarakat awam mengira halal-haram hanya terbatas pada apa yang masuk ke mulut (dimakan).

Padahal, dalam regulasi Jaminan Produk Halal (UU No. 33 Tahun 2014), sertifikasi juga mencakup "Barang Gunaan" yang berpotensi mengandung unsur hewani. Sebelum kita bedah teknisnya, simak penjelasan singkat saya dalam video berikut:

 Tonton Penjelasan Singkat via Instagram Reel:

Jangan lupa follow Instagram @bikinhalal untuk update edukasi bisnis lainnya.

Nah, setelah nonton videonya, mari kita bedah lebih dalam secara ilmiah dan teknis: Kenapa Kulkas butuh label Halal?

1. Rahasia di Balik Plastik Rak Kulkas

Kulkas tidak terbuat dari besi semata. Bagian dalam (inner liner), rak telur, dan wadah sayur terbuat dari plastik/polimer. Di sinilah titik kritisnya.

Bahan Kritis: Asam Stearat (Stearic Acid)
Dalam proses pencetakan plastik, pabrik membutuhkan bahan pelicin (lubricant) agar plastik tidak lengket di mesin cetak. Bahan ini sering menggunakan Asam Stearat.

Masalahnya, Asam Stearat bisa bersumber dari dua hal:

  • Lemak Nabati (Sawit/Kelapa): Ini Halal.
  • Lemak Hewani (Sapi/Babi): Ini yang berbahaya. Jika berasal dari Babi, atau Sapi yang tidak disembelih syar'i, maka seluruh plastik rak kulkas tersebut statusnya Najis Mutanajjis.

2. Risiko Makanan Menjadi Najis

Kenapa plastik rak itu penting? Karena dia bersentuhan langsung dengan makanan kita.

Bayangkan Anda menaruh daging ayam segar, sayuran basah, atau buah potong di atas rak kulkas tanpa piring. Jika plastik rak tersebut mengandung unsur babi (najis), maka najisnya bisa berpindah ke makanan yang basah tadi.

Akhirnya, makanan yang asalnya halal (Ayam), menjadi haram dimakan karena terkena najis dari wadahnya. Inilah alasan syar'i mengapa wadah penyimpanan (Kulkas/Tupperware) perlu dipastikan kesucian bahannya.

3. Filter Penghilang Bau (Deodorizer)

Kulkas modern biasanya dilengkapi filter untuk menyerap bau tak sedap. Filter ini sering menggunakan Karbon Aktif.

Karbon aktif ini bisa terbuat dari batok kelapa (Halal) atau dari Tulang Hewan. Jika filter ini terbuat dari tulang babi, maka udara yang bersirkulasi di dalam kulkas Anda terpapar partikel najis. Label Halal menjamin bahwa filter tersebut murni nabati.

4. Nilai Tambah untuk Bisnis Kuliner

Bagi Ibu Rumah Tangga, mungkin ini pilihan. Tapi bagi Industri Restoran Halal, memiliki kulkas bersertifikat halal adalah nilai tambah saat Audit.

Auditor tidak perlu lagi pusing mengecek spesifikasi mesin pendingin Anda karena sudah ada jaminan dari pabrikan bahwa alat tersebut bebas dari kontaminasi bahan non-halal (Porcine Free).

Kesimpulan: Halal itu Menyeluruh

Sertifikasi Halal pada barang gunaan (Kulkas, Panci, Baju) bukan untuk mempersulit hidup, tapi untuk memberikan ketenangan batin (Peace of Mind).

Anda produsen Barang Gunaan (Alat Masak/Elektronik) yang ingin produknya punya nilai jual "Halal"?

Jangan biarkan kompetitor mendahului Anda. Tim PT. Halal Legal Indonesia siap mendampingi proses sertifikasi barang gunaan, mulai dari bedah bahan baku polimer hingga terbit sertifikat.

 Konsultasi Halal Barang Gunaan
Disclaimer:
Artikel ini bertujuan untuk edukasi teknologi pangan dan syariah. Penjelasan mengenai bahan kimia (polimer) disederhanakan agar mudah dipahami oleh masyarakat umum. Kebijakan sertifikasi barang gunaan mengacu pada UU JPH yang berlaku.